Al-Lail - Cerita Pendek

Sosok guru dua zaman itu melangkah kecil dari kantor menuju kelas X-1, beliau guru pembimbing tadarus kelasku. Ketika Asmaul Husna dilantunkan sebagai doa tanda akan dimulainya pelajaran, beliau berdiri di depan pintu menunggu diantara kami jika ada yang datang terlambat. Dengan mengangkat kedua tangan, beliau berdoa dengan khusyuk.
Suara besarnya itu menjadi suara khas beliau. Beliau duduk dan membuka tadarus dengan bacaan surat Al-Fatihah yang kemudian diikuti oleh kami. Dilanjutkan dengan agenda wajib setiap murid. Kami diwajibkan menghafal surat Al-Fatihah sampai Surat Al-Lail. Satu persatu kami dipanggil beliau untuk hafalan 26 surat yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah. Kebetulan hari ini adalah jadwal menghafal surat Asy-Syams dan Al-Lail. Dari 26 surat, surat Al-Lail lah yang menjadi momok sebagian besar dari kami.
"Izzatul Ulya.." namaku dipanggil oleh beliau, Bu Susi.
Deg! Aku belum lancar surat Al-Lail. aku berjalan menuju ke meja guru dengan perasaan takut. Sampai di depan Bu Susi aku mulai menghafal. surat Asy-Syams aku baca dengan lancar hingga akhirnya aku melanjutkan surat Al-Lail. Sampainya di ayat 20, tiba-tiba Bu Susi memotong hafalanku.
"illabtiga'a wajhi rabbihil-a'la,"
"salah.. harusnya Fa amma man a'ta wat-taqa," tegur Bu Susi.
"Lho. Itu kan ayat 5, bu. Saya sudah sampai ayat 20, bu. tinggal 1 ayat lagi,"
"Oh iya, maaf ibu lupa. yaudah lanjutkan" Seketika konsentrasiku hilang. Aku diam mencari satu ayat pendek itu.
"Kenapa diam?"
"Lupa, bu."                      
"tinggal 1 ayat. Ya sudah, duduk. Besok dilanjut lagi." dengan senyum kecewa aku kembali ke tempat duduk.
Setelah itu, giliran Tiara, teman sebangkuku. Tiara dikenal sebagai anak yang cerdas. Dia mudah dalam hal menghafal. Tiara maju dengan gaya santainya. Hap!! Hanya 3 menit ia bisa menaklukan 2 surat tersebut. Kemudian ia kembali ke tempat duduk dengan senyum bahagia.
“Di antara 30 murid, hanya Tiara yang bisa meghafal dengan baik!” puji Bu Susi kepada Tiara.
“Ciyee, Tiaraa... Ciyeee selamat yaa.”
'It's time to begin to the second lesson' suara bel itu memberi tanda jika jam pertama sudah selesai.
"ALHAMDULILLAH" satu kelas serentak membaca hamdalah dengan wajah berseri-seri merasa lega.

"Masih banyak yang belum menghafalkan. diantaranya Lyta, Dyah, Ulya, Laila, Tiara, dan lain-lain. Ulya kurang 1 ayat lagi." kata Bu Susi.
"Loh kok Tiara?? Tiara sudah hafalan, bu." protes kami.
"Sudah yaa.. Kalian ga usah mengelak. Harusnya kalian sadar diri. Kalo emang merasa belum, ya sudah maju ke depan. Gitu aja kok susah," jawab keukeuh Bu Susi.
"Haha.. Dih lucu parah. Belum ada 5 menit selesai hafalan lohh" ketawa kecilku terhadap Tiara.
"Ih, Ulya. Ngeselin banget tuh. Baru juga hafalan. Masa dibilang belum?"
"Gue kurang 1 ayat disuruh mengulang. Jadi tenang aja. Lo gue temenin B)"
"huh..." Tiara menghela nafas dengan sebal.
"Haha.. Kasian lo berdua. Gara-gara Al-Lail, sist!" celetuk Elsa dari depan.

Jam pertama tadarus kali ini benar-benar membuat kelasku ramai. Apalagi masih banyak insiden-insiden kecil yang memaksa kami untuk mengulang hafalan surat Al-Lail keesokan harinya.
May 12, 2013

Posting Komentar

0 Komentar