Untuk Rumeysa dan Mustafa: Salam dari Negeri Seberang

 
Beribu mil, beratus langkah, dan berpuluh Negara … untuk kalian, Adikku. Sebuah fantasi dunia tanpa sekat dan batas. Hingar binger akan sebuah gurun, savanna, bunga tulip, dan masjid-masjid kuno yang kaya akan peradaban. Inilah sebuah tulisan untukmu. Tentang relasi hati manusia yang sedang merindu dan kepada siapa rindu itu dituju.

Teruntuk Rumeysa,
‘Abla!’ sebuah kata yang bermakna bahwa seseorang memanggilku dari seberang pulau nun jauh di sana. Tiba-tiba membangunkanku dari sebuah kesunyian. Sudah hamper dua tahun kami bertegur sapa di sebuah dunia yang hingga sampai saat ini belum bias dijangkau. Tentang dunia aneh yang kadang membuatku rindu kepadanya.
Bulan Juni tahun lalu, seseorang memuji gambar Galata Tower milikku. Sosok perempuan itu begitu asing. ‘Gambarmu bagus! Apakah kamu yang menggambarnya?’ aku hanya membalas singkat dengan kata terima kasih. Dia pun masih mengirimiku pesan. Satu kali lagi, dua kali lagi, dan ketiga kalinya aku enggan membalasnya. Lalu ia protes, ‘aku bertanya sesuatu tapi kamu tidak membalasnya,’ aku hanya tersenyum dan terpaksa meladeni perempuan asing itu.
Entah bagaimana jadinya ketika waktu itu aku menghiraukan pesannya? Entah bagaimana jadinya ketika saat itu aku tak meladeni pesan itu? Tentu saja aku menyesal! Bagaimana tidak? Ternyata Allah mengirimkan Rumeysa untukku. Untuk mengisi hari-hariku. Dia yang berada dua tahun di bawahku, tentu awalnyatidak nyaman. Tapi Rumeysa special! Dia yang ceria, sederhana, dan suka bercerita. ‘Orang asing’ itu kini menjadi bagian dari hidupku. Rumeysa, tentu aku tak bias menceritakan banyak hal tentangmu di sini. Karena terlalu banyak hal-hal yang telah kita lewati di dunia yang ‘aneh’ ini.
Ah, Rumeysa.. Tentu saja aku menyayangimu, adikku…

Teruntuk Mustafa,
Orang asing ini begitu asing hingga saat ini. Tapi tidak. Tidak… aku selalu berharap dia bukan orang asing di hidupku, seperti halnya Rumeysa.
Ah, adikku yang satu ini lucu, rajin, serius, pintar, semuanya ada di dirimu. Memang tak banyak hal yang kita lewati. Tapi tahukah kamu? Banyak sekali yang tak bias aku jelaskan mengenai dirimu. Entah bagaimana aku menggambarkan siapa dirimu. Tapi, adikku… Terima kasih atas do’a-do’a yang selalu engkau berikan kepadaku. Salam yang selalu terucap mengajarkanku akan kedamaian.
Dakwah. Aku tahu kamu memiliki misi besar itu tanpa seorangpun tahu. Diam-diam kamu menyampaikan misi mulia itu. Semoga berhasil, adikku… sebagaimana kamu mengirim sebuah pesan suara di tengah lelahku, di tengah aku tertidur pulas dan meninggalkan tahajudku malam itu.

Teruntuk Rumeysa dan Mustafa..
Aku menyayangi kalian sebagaimana engkau adalah saudara dan keluargaku. Sampai bertemu di manapun nanti Allah mempertemukan kita. Salam dari Indonesia…

Ulya
Malang, 27 Oktober 2017

Posting Komentar

0 Komentar