![]() |
fotolia.com |
Lima tahun yang lalu aku
mulai belajar Bahasa Perancis. Bukan karena tuntutan tapi karena aku emang
bertekad masuk jurusan bahasa. Yep. Aku belajar bahasa asing di sekolah bersama
pengajar Bahasa Perancis, Monsieur Saifuddin. Asyik!
Kesan pertama kali belajar Bahasa Perancis
adalah GELI! Haha.. wajar, sih, karena pertama kali dengerin orang ngomong pake
bahasa yang belum pernah kita dengar sebelumnya. Selain itu, menurut aku ada
beberapa keunikan dalam bahasa Perancis. Pertama, bunyi kho’ yang
lumayan menggelitik. Misalnya: Bonjour dibacanya Bongzhuh – untuk
beberapa wilayah – baca zhuh-nya ada kho’ tipis. Kedua, ketika
pertama kali praktik Bahasa Perancis, mulut lumayan pegel. Karena, dalam
pelafalan Bahasa Perancis lumayan susah yang berefek mulut kita berasa agak
monyong gitu hehe. Contoh sederhananya adalah Je vous en prie dibaca Zhe
wu zong pri, maintenant dibaca metnong. Dan yang ketiga, njelimetnya
konjugasi dan l’article Bahasa Perancis. Karena, tiap benda memiliki
jenis kelamin (femme au homme). Nah lho? Misalnya: maison
(rumah), karena maison adalah femme (pr) maka pakai la,
jadinya la maison. Kalau laki-laki, bruit (keramaian) maka pake le,
jadi le bruit.
Aku inget nasihat
Monsieur, kalo pengin bisa belajar bahasa asing mulailah dari mendengarkan (listening).
Hal itu bertujuan biar kita ga asing dengan bahasa tersebut. Selain itu, dengan
cara listening terlebih dahulu, biar kita mikir kenapa itu bisa dibaca begitu,
ini bisa dibaca begini. Contohnya aja, dulu waktu pertama kali masuk kelas,
monsieur langsung ngomong pakai Bahasa Perancis. Pure dan ga ada nulis-nulis
di papan tulis. Monsieur selalu ngajak kita buat niruin apa yang Monsieur
ucapkan. Nah, setelah kita ga asing lagi dengan kata-kata tersebut, barulah
Monsieur nulis di papan tulis. Pas ditulis, kita kaget lah yaaa kenapa ucapan
sama tulisan beda jauh. Nah! Justru inilah yang bikin kita mikir, “kok bisa
dibaca kek gitu?” lama-lama kita mikir sendiri, “Oh.. ternyata OU
dalam Bahasa Perancis dibaca U, OI dibaca Wa, dan
lain-lain.”
Setelah kita belajar listening,
barulah Monsieur mulai mengajak kita buat belajar conversation
sederhana. Seperti apa kabar, baik-baik saja, aku sedang makan, aku sedang
tidur, dan lain-lain. Seperti biasa, ketawa terpingkal-pingkal dulu baru bisa
ngomong. Haha. Nah, selain belajar listening dan speaking, tentu
ga lengkap kalau kita ga belajar menulis (writing). Yang ini favorit aku
banget, deh! Jauh setelah belajar grammar dasar, jadi setiap hari satu orang
wajib menulis minimal tiga vocab di papan tulis. Setelah itu setiap orang harus
buat kalimat dari vocab tersebut dan tugas dikumpulkan esok harinya. Aku suka!
Semakin hari materi
semakin mendalam. Pembahasannya bukan hanya tentang lo apa kabar, selamat pagi,
selamat malam, tapi udah mulai tentang cuaca, ini rumah aku, angka-angka dalam
Bahasa Perancis yang mulai ga bisa dikondisikan. Selain itu, grammar yang
dipake ga hanya tentang simple tense, future proche, imparfait, l’article
melainkan mulai masuk ke detailnya misal tonique dan direct indirect
yang entah itu bikin aku bingung sampe sekarang. Tapi begitulah kalo udah suka,
biar kata bingung tapi masih tetap berjuang. Aku masih bisa menikmati manis dan
asyiknya belajar Bahasa Perancis walaupun dengan susah payah.
Sampai akhirnya
setelah Ujian Nasional SMA aku memutuskan buat ngambil Sastra Perancis di salah
satu universitas terkenal di Indonesia. Haha! Sebenernya aku males cerita
masa-masa ini. Terlalu sakit untuk dikenang. Wkwk. Okay balik lagi. Aku belajar
mati-matian biar aku lolos kampus onoh. Sampe aku rela bolak-balik Kudus –
Semarang – Jogja, sedangkan pikiran aku ada di Depok. Nah lho wkwk. Tapi
setiap perjuangan harus ada yang berhasil dan harus ada yang gagal. Kebetulan aku
berada di posisi yang gagal. Seketika harapan aku buat bisa nguasain Bahasa
Perancis pupus gitu aja. Aku nangis kejer sekejer-kejernya. Masa depan aku udah
berasa berhenti di sana. Gimana enggaaa… satu-satunya mata pelajaran yang
paling aku suka, yang paling aku ngerti, dan yang aku perjuangin ternyata ga
bisa aku pake buat ke depannya. Hancur hati aku gaeees…
Nah, setelah kejadian
itu, aku memutuskan buat kuliah jurusan Hukum Tata Negara. Kagak nyambung dah
pokoknya. Aku rada ga percaya gitu astaghfirullah… karena udah pilihan,
sedangkan pikiran aku masih pengin di Bahasa Perancis, akhirnya aku memutuskan
buat belajar Bahasa Perancis sendiri. aku bawa buku-buku Bahasa Perancis waktu
sekolah, di antaranya buku tulis Bahasa Perancis, Le Mag, dan kamus
Bahasa Perancis. Selain itu, aku juga beli buku tentang grammar Bahasa
Perancis. Setiap ke perpus pun aku sempetin buat belajar Bahasa Perancis.
Awal-awal semester,
sih, masih ada waktu buat belajar Bahasa Perancis. Tapi, semakin lama aku
semakin jenuh. Aku harus belajar sendiri, nulis sendiri, dan baca-baca ga
jelas. Sedangkan, lingkungan aku sama sekali ga mendukung buat aku belajar
Bahasa Perancis. I need a partner! Sampai akhirnya aku cari-cari teman
di social media, ketemulah teman lama aku Genevieve Michaud dari Kanada. Dia
adalah salah satu temen lama aku yang bisa Bahasa Perancis. Tapi sayangnya,
Genevieve orangnya super sibuk dan kita lebih enjoy ngomong pake Bahasa Inggris
daripada Bahasa Perancis. Okay fine. Semangat aku semakin hari semakin
menurun.
Semakin menginjak ke
semester yang lebih tinggi, Bahasa Perancis ku entah kek apa. Aku udah mulai
jarang belajar Bahasa Perancis, jarang buat kalimat, jarang pinjam buku tentang
Perancis, dan perlahan-lahan muali terlupakan. Aku bener-bener bimbang. Aku ga
pengin sesuatu yang aku perjuangin dulu harus aku lupain dengan semudah itu.
ada beberapa momen yang bener-bener bikin aku down. Aku selalu merasa bersalah
setiap kali aku dengerin lagu Bahasa Perancis. Aku selalu bilang, “aku dulu
tahu kenapa ini susunannya gini, itu artinya itu, ini artinya ini. Tapi
sekarang?”
Kadang
emang kepikiran buat ikut les. Tapi di sisi lain, aku udah terlalu banyak minta
uang ke orang tua. Aku ga mau merepotkan mereka. Karena aku udah ngecek
beberapa tempat kursus Bahasa Perancis, tapi harganya ga memungkinkan aku buat
join. Aku pun sebisa aku aja buat belajar Bahasa Perancis. Setidaknya aku masih
dengerin lagu Bahasa Perancis dan sesekali belajar buat kalimat walaupun
seadanya. Tapi walaupun begitu, sebenarnya factor utama yang bikin aku ga
semangat adalah karena ga ada partner. Aku butuh teman atau guru yang bisa
nyalahin aku, yang bisa aku tanya ‘Apa yang harus aku lakukan selanjutnya?’,
dan mendukung aku selalu. Di sisi lain, factor yang sampai saat ini buat aku
bimbang adalah Bahasa Turki.
Okedeh
cukup ini aja. Mungkin untuk tulisan ke depannya aku bakal cerita tentang
Bahasa Turki yang kalo dijadiin satu cerita maka akan menjadi dilema.
1 Komentar
Kami CV Bahagia sukses makmur bergerak dibidang jasa pembutan fiberglass yang terbuat dari bahan fiber yang bersifat ringan dan kuat ,dengan harga yang terjangkau dan memiliki kualitas yang bagus. Fiberglass yang kami buat seperti : Maskot fiberglass,ornamen waterpark,tempat sampah fiber, water slide , tangki air fiber , bak sampah fiber glass,kolam renang fiberglass, kiddy pool , papan ring basket fiberglass, maskot fiberglass, perahu fiberglass, tray fiberglass, box delivey fiberglass, dan lain - lain.
BalasHapusKAMI MENERIMA PESANAN SELURUH INDONESIA
Untuk info lebih lanjut hubungi 081112520806 / 085691938144
https://jasafiberglassindonesia.blogspot.com/
#fiberglassmurah
#jasapembuatanfibergrlass
#jasapembuatanfiberglasscustom
#maskotfiberglass
#ornamenwaterparkfiberglass
#papanringbasketfiberglass