Pergi (2) | Tentang Teman

Sumber foto: OrissaPOST

“Kamu tahu untuk apa aku membuat ini? Ini hanya untuk orang special dalam hidupku.” Katanya.

Sebuah diary lusuh mengingatkanku tentang semua yang ia katakan. Kutulis apapun yang ia katakan tanpa peduli  kalimat basi selanjutnya. Di bawah langit cerah dengan suhu yang cukup panas membawaku berlali ke ruang gelap itu kembali. Sebuah ruang tanpa garis batas yang membuatku semakin tak tahu arti hidup tanpa mereka, sahabat yang pernah menemani.

Aku berjalan menuju tempat mereka seperti biasa. Memastikan bahwa saat itu juga mereka sedang bahagia. Ternyata benar, mereka sedang bahagia. Dari kejauhan akupun ikut tenggelam dalam kebahagiaan mereka. “RE!” seseorang meneriaki namaku dari kejauhan. Pandangankupun dengan sekejap memudar begitu saja. Ternyata dia, sahabat yang pernah menemani.

“Kamu ngapain melamun gitu?” tanyanya

“Gapapa kok! Hehe.”

“Mikirin siapa hayooo.”

“Paan, sih!”

Dulu.. percakapan bodoh itu biasa aja. Tapi siapa sangka, percakapan bodoh itu kini menjadi berharga ketika dia atau bahkan mereka pergi. Andai saja dulu aku tahu kalau waktu tak seangkuh ini, akan aku abadikan semuanya dalam diary lusuhku. Tapi sayangnya, waktu tak memberitahuku kapan semuanya akan menjadi BERBEDA. Sehingga, ketika aku rindu maka aku akan bersusah payah untuk mengejar bayangan mereka.

Mungkin sudah berlembar-lembar aku menulis tentang mereka. Mungkin juga sudah berjuta kata aku menceritakan mereka kepada orang lain. Tapi apa mereka tahu? Jikalau aku semakin merindukan mereka. Aku diam, semakin sakit. Aku bercerita kepada Tuhan, tapi aku malu. Aku bercerita kepada teman, ah.. mereka sudah bosan. Lalu … apa yang harus aku lakukan? Haha.. sungguh lucu. Padalah mereka tak begitu jauh dari tanah yang aku injak. Dunia sudah begitu maju untuk mendekatkanku dengan mereka. Tapi ternyata hati kita jauh. Jadi, sedekat apapun aku dan mereka, kita tetap berjauhan, kan?

Apapun itu tentang mereka, mereka tetaplah sahabat yang pernah memberi warna dan cerita dalam diary lusuhku. Tanpa mereka, diary ini mungkin akan menjadi biasa. Entah sampai kapan aku berhenti menulis tentang mereka, apalagi jikalau rindu. Entah sampai kapan cerita ini berhenti mengalir dan semakin dalam tentang mereka. Apa kalian tahu? Tak ada yang aku harapkan lagi tentang mereka. Semoga mereka bahagia.