Surat Untuk Sahabat | Mengulang Masa Lalu

Sumber foto: https://weheartit.com/entry/66577904

Kita memang tak bisa melawan waktu yang angkuh. Ia terus berjalan menelusuri usia manusia. Sepanjang jalan, sepanjang cerita, dan segumpal harapan yang bisa saja hilang bersamanya. Akupun tak bisa menghardik waktu ketika rindu itu muncul. Tapi kemarin, waktu telah membawaku bersama kalian. Bersama kenangan masa lalu yang melewati hidupku sekarang. bayangan itu dan segala kebahagiaan yang pernah ada. Aku melihatnya … di mata sahabat kecilku..

Seseorang menghampiriku di tengah kota rantauan yang masih asing pula dalam hidupku. Seseorang itu berjalan tegap bersama bayangan masa kecilnya. Sudah beberapa waktu aku tak bersamanya. Mungkin hanya beberapa kali saja dalam satu tahun. Dan .. Mungkin hampir sepuluh tahun kita melewati babak masing-masing. Hingga tanpa sadar ia adalah seseorang yang pernah menjadi bagian dalam hidupku, seorang sahabat kecilku yang kini telah dewasa.
Pertemuan itu menarikku semakin jauh ke belakang. Mungkin aku sendiri masih tak pecaya bahwa orang yang berdiri di sampingku adalah sahabat kecilku dulu, orang yang suka memukul teman-temannya ketika kami mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Tak cukup itu saja. Bayangannya tak sendiri, melainkan juga bersama sahabat-sahabat kecilku lainnya…
Inilah cerita. Banyak babak yang harus dilewati manusia. Seperti halnya babak yang telah aku lewati, yakni berpijak seperti dua kehidupan yang berbeda. Dulu kami berjalan bersama menerobos hujan dan bersorak, “kita bahagia!” Hamparan jerami di depan rumah sahabatku telah menjadi saksi kebahagiaan itu. kita sudah melewati itu semua, kan?
Dulu … bahagia itu sederhana. bahagiaku ketika berpijak pada tanah yang sama bersama keduapuluh sahabatku itu. cukup dengan berkumpul dan makan mangga mentah di atas genteng sekolah. Aku melihat dua hal yang saling melengkapi, yaitu tawa dan bahagia. Sebagian dari mereka memetik mangga, ada juga yang mengupas, lalu ketiga sahabatku menyiapkan bumbu, dan aku? Aku hanya menonton mereka dan merekam kebahagiaan itu untuk aku ingat ketika rindu itu datang. Dan kini, aku sedang memutarnya kembali.
Teman-teman … aku rindu. Bahagia itu sederhana, bersama kalian. Dulu .. kita tak tahu bahwa bumi yang kita pijak ternyata sangat luas. Yang kita tahu hanya perkampungan kecil di kota kecil pula. Tapi teman … bahagia itu sederhana.. cukup dengan sepeda kita, kita mampu merasakan segarnya udara dari Sang Pencipta. Kita mendorong sepeda itu ke atas bukit. Lalu, kita meluncur bahagia dan berteriak, “AAAAA…” Apa kalian ingat apa yang dulu kita rasakan? Yap. Beban seolah hilang begitu saja bersama angin dan hilang di sela-sela pepohonan di perbukitan itu.
Untuk sahabat-sahabatku… Percayalah. Masih banyak cerita yang tak bisa kuungkapkan di sini. Itulah bukti bahwa kebahagiaan itu tak terkira. Tangis dan bahagia itu biarkanlah tersimpan bersama rindu. Seperti yang telah aku katakan sebelumnya. Bahwa, manusia telah melewati beberapa babak kehidupan mereka, begitupun dengan kalian. Inilah babak yang sedang aku lewati. Rindu.

Sepuluh tahun yang lalu; perform drumband terakhir kalinya



Posting Komentar

0 Komentar